Reggae dan Rasta
Di Indonesia, reggae hampir selalu diidentikkan dengan
rasta. Padahal, reggae dan rasta sesungguhnya adalah dua hal yang
berbeda. "Reggae adalah nama genre musik, sedangkan Rasta atau
singkatan dari Rastafari adalah sebuah pilihan jalan hidup, way of
life,"di balik ingar-bingar dan kegembiraan yang dibawa reggae, ada
stigma yang melekat pada para penggemar musik tersebut. Dan stigma
tersebut turut melekat pada filosofi rasta itu sendiri. "Di sini,
penggemar musik reggae, atau sering salah kaprah disebut Rastafarian,
diidentikkan dengan pengisap ganja dan bergaya hidup semaunya, tanpa
tujuan. Padahal, filosofi rasta sesungguhnya justru mengajarkan
seseorang hidup bersih, tertib, dan memiliki prinsip serta tujuan hidup
yang jelas. Penganut rasta yang sesungguhnya menolak minum alkohol,
makan daging, dan bahkan mengisap rokok. "Para anggota The Wailers
(band asli Bob Marley) tidak ada yang merokok. Merokok menyalahi ajaran Rastafari.
Pemusik Tony Q Rastafara pun mengakui, meski ia menggunakan embel-embel
nama Rastafara, tetapi dia bukan seorang penganut rasta. Tony mencoba
memahami ajaran rastafari yang menurut dia bisa diperas menjadi satu
hakikat filosofi, yakni cinta damai. "Yang saya ikuti cuma cinta damai
itu," tutur Tony yang tidak mau menyentuh ganja itu.
Namun, meski tidak memahami dan menjalankan seluruh filosofi rastafari,
para penggemar dan pelaku reggae di Indonesia mengaku mendapatkan
sesuatu di balik musik yang mereka cintai itu. Biasanya, dimulai dari
menyenangi musik reggae (dan lirik lagu-lagunya), para penggemar itu
kemudian mulai tertarik mempelajari filosofi dan ajaran nya.
Rasta atau gerakan Rastafarian
Rasta, atau Gerakan Rastafari, adalah sebuah gerakan agama baru yang
mengakui Haile Selassie I, bekas kaisar Ethiopia, sebagai Raja diraja,
Tuan dari segala Tuan dan Singa Yehuda sebagai Yah (nama Rastafari
untuk Allah, yang merupakan bentuk singkat dari Yehovah yang ditemukan
dalam Mazmur 68:4 dalam Alkitab versi Raja James), dan bagian dari
Tritunggal Kudus. Nama Rastafari berasal dari Ras Täfäri, nama Haile
Selassie I sebelum ia dinobatkan menjadi kaisar. Gerakan ini muncul di
Jamaika di antara kaum kulit hitam kelas pekerja dan petani pada awal
tahun 1930-an, yang berasal dari suatu penafsiran terhadap nubuat
Alkitab, aspirasi sosial dan politik kulit hitam, dan ajaran nabi
mereka, seorang penerbit dan organisator Jamaika kulit hitam, Marcus
Garvey, yang visi politik dan budayanya ikut menolong menciptakan suatu
pandangan dunia yang baru. Gerakan ini kadang-kadang disebut
“Rastafarianisme”; namun hal ini dianggap tidak pantas dan menyinggung
perasaan banyak kaum Rasta.
Gerakan Rastafari telah menyebar di berbagai tempat didunia, terutama
melalui imigrasi dan minatnya dilahirkan oleh musik Nyahbinghi dan
reggae —khususnya musik
Bob Marley, yang dibaptiskan dengan nama
Berhane Selassie (Cahaya Tritunggal) oleh Gereja Ortodoks Ethiopia
sebelum ia meninggal, sebuah langkah yang juga diambil belakangan oleh
jandanya, Rita. Pada tahun 2000, ada lebih dari satu juta Rastafari di
seluruh dunia. Sekitar 5-10% dari penduduk Jamaika mengidentifikasikan
dirinya sebagai Rastafari. Kebanyakan
kaum Rastafari vegetarian atau
hanya memakan jenis-jenis daging tertentu. Di AS ada banyak sekali
restoran vegetarian Hindia Barat, yang menyediakan makanan Jamaika.
Rastafari berkembang di antara penduduk yang sangat miskin, yang merasa
bahwa masyarakat tidak mau menolong mereka kecuali membuat mereka
menjadi lebih menderita. Kaum Rasta memandang diri mereka sebagai
penggenap suatu visi tentang bagaimana orang Afrika harus hidup. Mereka
merebut kembali apa yang mereka anggap sebagai kebudayaan yang telah
dicuri dari mereka ketika dibawa di kapal-kapal budak ke Jamaika,
tempat lahir gerakan ini.
Doktrin Rastafari sangat berbeda dengan norma-norma pikiran dunia barat
modern. Hal ini disengaja oleh
kaum rasta sendiri. Berbeda dengan
banyak kelompok keagamaan modern dan Kristen yang cenderung menekankan
konformitas dengan “kekuasaan yang ada”, Rastafari sebaliknya
menekankan kesetiaan kepada konsep mereka tentang “Sion” dan penolakan
masyarakat modern (“Babel”). “Babel” dalam hal ini dianggap memberontak
terhadap “Penguasa Dunia Sejati”
JAH (YAH) sejak zaman Nimrod.
“Cara hidup ini” tidak sekadar diberikan makna intelektual, atau
“keyakinan” seperti yang biasa diistilahkan. Ini adalah masalah
mengetahui atau menemukan identitas sejati diri sendiri. Mengikut dan
menyembah
Jah Rastafari berarti menemukan, menyebarkan dan “menempuh”
jalan di mana orang telah dilahirkan dengan sebenarnya.
Agama ini sulit dikategorikan, karena Rastafari bukanlah suatu
organisasi yang tersentralisasi. Masing-masing Rastafari mencari
kebenaran untuk dirinya sendiri, sehingga akibatnya terdapat berbagai
keyakinan yang masuk ke bawah payung besar bernama Rastafari.
Secara sosial, Rastafari adalah suatu tanggapan terhadap penyangkalan
rasialis terhadap orang-orang kulit hitam sebagaimana yang dialami di
Jamaika, ketika pada tahun 1930-an orang-orang kulit hitam berada pada
tingkat tatanan sosial paling bawah, sementara orang-orang kulit putih
dan agama mereka (umumnya Kristen) berada di paling atas. Anjuran
Marcus Garvey agar orang-orang kulit hitam bangga akan diri mereka dan
warnisan mereka mengilhami kaum Rasta untuk memeluk segala sesuatu yang
bersifat Afrika. Mereka mengajarkan bahwa mereka dicuci otak ketika
berada dalam tawanan untuk menyangkal segala sesuatu yang berkaitan
dengan kulit hitam dan Afrika. Mereka membalikkan citra rasialis mereka
dan menganggapnya primitif dan langsung dari hutan dan malah
merangkulnya — meskipun itu berlawanan — dan menjadikan konsep-konsep
ini sebagai bagian dari
budaya Afrika yang mereka anggap telah dicuri
dari mereka ketika mereka dibawa dari Afrika di kapal-kapal budak.
Dekat dengan alam dan dengan savana Afrika serta singa-singanya, di
dalam roh, kalau bukan secara badani, adalah gagasan sentral mereka
tentang budaya Afrika.
Hidup dekat dengan alam dan menjadi bagian dari alam dianggap sebagai
sifat Afrika. Pendekatan Afrika terhadap “hidup dekat alam” ini
terlihat dalam
rambut gimbal, ganja (
marijuana), makanan ital, dan
dalam segala aspek kehidupan Rasta. Mereka membenci pendekatan (atau,
seperti yang mereka pahami, non-pendekatan) modern terhadap kehidupan
karena dianggap tidak alamiah dan terlalu objektif dan menolak
subjektivitas. Kaum Rasta mengatakan bahwa para ilmuawn berusaha
menemukan bagaimana dunia kelihatan dari luar, sementara kaum Rasta
mendekatinya dengan melihat kehidupan dari dalam ke luar. Individu
mendapatkan kedudukan sangat penting dalam Rastafari, dan setiap Rasta
harus mencari kebenaran untuk dirinya sendiri.
Identifikasi
Afrosentris penting lainnya adalah warna merah, emas, dan
hijau, dari warna
bendera Ethiopia. Warna-warna ini adalah lambang
gerakan Rastafari, dan kesetiaan kaum Rasa terhadap Haile Selassie,
Ethiopia, dan Africa dan bukan kepada negara modern manapun di mana
mereka kebetulan tinggal. Warna-warna ini seringkali terlihat dalam
pakaian dan hiasan-hiasan lainnya. Merah melambangkan darah para
martir, hijau melambangkan tetumbuhan Afrika, sementara emas
melambangkan kekayaan dan kemakmuran yang ditawarkan Afrika.
(Sebaliknya, sejumlah pakar Ethiopia menyatakan bahwa warna-warna ini
berasal dari pepatah lama y ang mengatakan bahwa sabuk Perawan Maria
adalah pelangi, dan bahwa warna merah, emas, dan hijau melambangkan
semuanya ini.)
Banyak dari pemeluk Rastafari berusaha mempelajari bahasa Amharik, yang
mereka anggap sebagai bahasa aslinya, karena inilah bahasa yang
dipergunakan Haile Selassie I, dan untuk mengidentifikasikan diri
mereka sebagai orang Ethiopia—meskipun pada praktiknya kebanyakan
pemeluk Rasta tetap berbahasa Inggris atau bahasa kelahiran mereka. Ada
pula
lagu-lagu reggae yang ditulis dalam bahasa Amharik.
kepercayaan yang mempersatukan banyak pemeluk Rastafari adalah bahwa
Ras, sebuah gelar kebangsawanan Amharik, sepadan dengan Duke; juga
berarti “Kepala”) Tafari Makonnen, yang dinobatkan sebagai Haile
Selassie I, Kaisar Ethiopia pada 2 November 1930, adalah Allah yang
hidup dan menjelma manusia, yang disebut Jah, yaitu Mesias kulit hitam
yang akan memimpin bangsa-bangsa yang berasal dari Afrika di seluruh
dunia untuk masuk ke tanah perjanjian yang penuh dengan emansipasi dan
keadilan ilahi, meskipun sebagian mansions tidak menerjemahkannya
secara harafiah. Ini sebagian disebabkan oleh gelarnya Raja di atas
segala raja, Tuhan dari segala tuhan dan Singa Penakluk dari Suku
Yehuda. Gelar-gelar ini sesuai dengan Mesias yang disebutkan dalam
Kitab Wahyu. Namun, menurut tradisi Ethiopia, gelar-gelar ini diberikan
kepada semua kaisar dari garis keturunan Salomo sejak tahun 980 SM —
jauh sebelum Kitab Wahyu ditulis pada sekitar 97 M. Menurut beberapa
tradisi, Haile Selassie adalah raja Ethiopia ke-225 dalam sebuah garis
keturunan yang tidak pernah terputus sejak Raja Salomo di masa Alkitab
dan Ratu Syeba. Mazmur 87:4-6 juga dipahami meramalkan penobatan Haile
Selassie I.
Pada abad ke-10 SM, Dinasti Salomo di Ethiopia didirikan oleh Menelik
I, anak Salomo dan Ratu Syeba, yang pernah mengunjungi Salomo di
Israel. 1 Raja-raja 10:13 mengklaim “Raja Salomo memberikan kepada ratu
negeri Syeba segala yang dikehendakinya dan yang dimintanya, selain
apa yang telah diberikannya kepadanya sebagaimana layak bagi raja
Salomo. Lalu ratu itu berangkat pulang ke negerinya bersama-sama dengan
pegawai-pegawainya.” Berdasarkan Kebra Negast,
kaum Rasta menafsirkan
bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Ratu Syeba hamil dengan anak Salom,
dan dari sini mereka menyimpulkan bahwa orang-orang kulit hitam adalah
keturunan sejati Israel, atau orang Yahudi. Orang-orang Yahudi hitam
Beta Israel telah hidup di Ethiopia selama berabad-abad, terputus dari
sisa Yudaisme. Keberadaan mereka membuat orang yakin dan mendorong
para Rastafari perdana, dan mengesahkan keyakinan mereka bahwa Ethiopia
adalah Sion.
Sebagian kaum Rasta yang ortodoks mengecam reggae sebagai suatu bentuk
musik komersial dan “penjualan diri kepada Babel”. Bagi yang lainnya,
ini adlaah “Musik Takhta YAH”.
[sunting]
Rastafari di masa kini
Pada akhir abad ke-20, kaum perempuan telah memainkan peranan yang
lebih penting di dalam gerakan Rastafari. Pada tahun-tahun awalnya,
kaum perempuan yang sedang datang bulan harus takluk kepada suami
mereka dan dikeluarkan dari upacara-upacara keagamaan dan sosial. Pada
umumnya, kaum perempuan merasakan kebebasan yang lebih besar sekarang
dalam mengungkapkan diri mereka. Dengan demikian mereka pun
menyumbangkan peranan yang lebih besar pula kepada agama ini.
Rastafari bukanlah sebuah agama yang sangat terorganisasi. Malah,
sebagian kaum Rasta mengatakan bahwa itu sama sekali bukan “agama”,
melainkan suatu “jalan Kehidupan”. Kebanyakan kaum Rasta tidak
mengidentifikasikan dirinya dengan sekte atau denominasi apapun,
meskipun ada tiga istana Rastafari yang terkemuka: Nyahbinghi, Bobo
Ashanti dan Keduabelas Suku Israel. Dengan mengklaim Yah sebagai Yesus
yang datang kedua kalinya, Rastafari adalah sebuah gerakan agama baru
yang muncul dari agama Kristen, seperti halnya agama Krsiten muncul
dari Yudaisme.
Pada 1996, gerakan Rastafari di seluruh dunia mendapatkan status konsultatif dari Perserikatan Bangsa-Bangsa
dari berbagai sumber
Terima kasih telah membaca artikel:
Perbedaan REGGAE dan RASTA
Let's go jamming d-_-b